sindxsatoh: (kakkun_glass)
sindxsatoh ([personal profile] sindxsatoh) wrote2016-06-06 12:46 am
Entry tags:

Writing Practice #1

I don't exactly know how or why. But sometimes, words just suddenly popped up inside my head. Like, when I was in a certain situation, my brain automatically arranged description paragraphs or dialogues about that situation, they way I feel, or the people around me at that time.

Just like today, when I accompanied my friend to look for a place to stay (because she's just moved into this city).

Then I though, why don't I write those words down somewhere? I can use it to polish my writing skill. So then, I decided to write here, everytime I experience one of those "words burst" inside my head.

I will use English / Bahasa Indonesia, depends on the situation / my mood. And you don't need to read them, because it would be just random scenes, and it will sometimes be a bit exaggerated from reality xD

And so, here I start! :3


"Lewat sini," kata pak tua itu dengan suara parau dan kasar, hasil kontaminasi nikotin yang telah dikonsumsinya sejak dia masih muda.

Ketiga cewek itu kemudian mengikuti pak tua itu berjalan menyusuri jalan-jalan sempit yang di kanan-kirinya diapit tembok-tembok tinggi berlumut. Beberapa diantaranya malah ditumbuhi tanaman liar dengan lebatnya, sehingga terlihat seperti kebun tempel yang sedang ngetrend itu. Hanya saja yang ini alami.

Pak Tua berbelok di sudut, mengepulkan asap rokok di atas kepala nyaris botaknya yang dihiasi beberapa helai rambut yang semuanya sudah memutih. Kemudian dia berhenti di depan sebuah pintu, mengeluarkan sebuah kunci dari saku celana pendeknya yang lusuh, dan mulai berkutat dengan gagang pintu yang sepertinya menolak untuk dibuka.

Terdengar bunyi gedubrakan keras ketika akhirnya pak tua itu berhasil membuka pintu dengan cara mendorongnya dengan sekuat tenaga. Salah satu dari ketiga cewek itu, yang badannya paling kecil dan pendek, agak terlompat kaget mendengarnya. Tapi dia langsung berhasil menguasai diri lagi, kemudian melangkah ragu-ragu mengikuti Pak Tua masuk ke dalam kamar itu.

"Sewanya lima ratus ribu sebulan," kata Pak Tua dengan galak, bahkan sebelum si cewek berbadan kecil sempat membuka mulut untuk bertanya.

"Li... lima ratus ribu?" tanya cewek itu dengan suara kecil penuh keraguan. Nyalinya ciut dibawah tatapan galak Pak Tua. "A-apa tidak bisa kurang, Pak?"

"Tidak bisa!" semprot Pak Tua, masih sama galaknya. "Kalau bulanan memang lebih mahal sewanya! Makannya, sewa tahunan saja!"

Menyebalkan, pikir cewek yang satunya, yang badannya paling jangkung, yang sedari tadi hanya diam mengawasi dari ambang pintu kamar. Dari pertama dia melihat Pak Tua, memang dia sudah merasakan ketidaksukaan yang besar terhadapnya. Dan benar saja dugaannya, pak tua itu memang agak menyebalkan.

"Ya sudah kalau begitu," si cewek jangkung akhirnya angkat bicara, berusaha sekuat tenaga meminimalisir kejengkelan dalam suaranya. "Kita cari tempat lain saja. Yang lebih murah."Dan yang pemiliknya tidak menyebalkan seperti pak tua ini, dia menambahkan dalam hati.

Si cewek kecil mengangguk dengan agak takut-takut. Dan ketika si cewek jangkung dan temannya berbalik untuk pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun lagi kepada Pak Tua, dia buru-buru pamit kepada Pak Tua yang masih mengepulkan asap rokok itu, dan berlari menyusul langkah kedua temannya.

*


Post a comment in response:

This account has disabled anonymous posting.
If you don't have an account you can create one now.
HTML doesn't work in the subject.
More info about formatting